Etika Memakai Gadget Saat Bersembahyang di Pura
Kadang orang tidak pernah bisa lepas dari yang namanya gadget baik untuk kepentingan bisnis atau pun hanya sekedar hiburan seperti main game dan lain-lain. Seandainya setiap jam ini adalah milik kita sendiri bukan milik orang lain atau siapapun maka semua itu bisa kita lakukan tanpa harus mengganggu siapapun. Namun semua itu mungkin harus ditinggal kan sesaat ketika kamu berada di tempat suci seperti Pura.
Seperti yang ditulis oleh akun facebook atas nama Ketut Artawan dia menulis "ada gen ne meboya, lanjutkan. Kalau untuk kebaikan tiang setuju. Kalau misalne orang-orang mau sadar dengan niat sendiri, gak perlu hukum pidana di negeri ini. Begitu kira-kira" Bgritu juga dengan akun faceook dengan nama Ketut Jonet dia menulis "Niki patut ditiru tyang setuju banget kalau masalah hilang itu tergantung nasib"
Meski ada beberapa orang yang setuju, namun banyak juga yang tidak setuju seperti yang ditulis oleh akun facebook dengan nama Dewa Ayu Pradnya dai menulis "Terlalu berlebihan. Bagaimana kalau ada telpon penting menyangkut hidup mati atau masa depan ybs? Apa yang mengumpul mau tanggung jawab. Kaya siswa sekolahan aja".
Komentar lain yang tidak setuju dari Jung Alem dia menulis "terlalu over, sembahyang tergantung dari diri orang masing-masing dan tidak bisa dipaksakan atau dilarang-larang , kalau hilang hpnya siapa tanggung jawab? Biasakan saja suruh silent saja hpnya mau foto-foto kasi juga hpnya dia itu haknya mau di pakai foto."
Seperti pepatah yang mengingatkan status kita bahwa setiap manusia itu sama di hadapan Tuhan yang membedakan hanyalah perbuatan mereka yang baik dan yang buruk tentu akan menerima buahnya (bagi yang percaya karma pala) yang akan dinikmati pada kehidupan berikutnya (bagi yang percaya Reinkarnasi / Punarbawa) menjadi lebih baik atau lebih buruk tergantung perbuatan pada kehidupan berikutnya.
Nah kali ini kita kan membahas tentang etika saat masuk tempat suci, bukan Pura saja namun mungkin juga bagi setiap umat beragama ketika masuk, Masjid, Gereja dan Vihara tentu harus memperhatikan etika selain memperhatikan pakaian dan tak kalah penting saat ini adalah sikap kita saat membawa gadget ke dalam tempat suci saat kita akan sembahyang.
Seperti salah satu foto yang diunggah di facebook oleh akun facebook dengan nama Desa Pakraman Dukuh Penaban yang berisi caption "Untuk kekusukan sembahyang semua hp krama dikumpulkan sampai selesai sembahyang." dalam foto tersebut terlihat beberapa HP dikumpulkan di atas sebuah meja sedangkan di bagian lain ada beberapa orang dengan pakaian adat Bali sedang duduk di depan Pura sepertinya akan sembahyang.
Dari foto yang diunggah tersebut ada beberapa netizens yang setuju dengan cara seperti itu namun tidak sedikit juga yang kurang setuju dan ada juga yang meboya, nah berikut adalah beberapa komentar yang setuju.
Meski ada beberapa orang yang setuju, namun banyak juga yang tidak setuju seperti yang ditulis oleh akun facebook dengan nama Dewa Ayu Pradnya dai menulis "Terlalu berlebihan. Bagaimana kalau ada telpon penting menyangkut hidup mati atau masa depan ybs? Apa yang mengumpul mau tanggung jawab. Kaya siswa sekolahan aja".
Komentar lain yang tidak setuju dari Jung Alem dia menulis "terlalu over, sembahyang tergantung dari diri orang masing-masing dan tidak bisa dipaksakan atau dilarang-larang , kalau hilang hpnya siapa tanggung jawab? Biasakan saja suruh silent saja hpnya mau foto-foto kasi juga hpnya dia itu haknya mau di pakai foto."
Ada juga akun yakni Yuda Pranata dia menulis "Seharusnya 15 menit sebelum sembahyang, ada pemberitahuan dari panitia. Kalau yang bawa hp tolong di matikan saat sembahyang, dengan begitu semua akan berjalan lancar. OK!!!!!!!!!"
Nah dari beberapa komentar yang masuk, maka ada beberapa hal atau etika yang harus diperhatikan saat kita membawa HP saat kita masuk ke Pura ketika akan sembahyang.
- Saya kurang setuju dengan cara seperti itu yakni dengan mengumpulkan HP dari pemedek dan menaruhnya di suatu tempat, selain itu ribet juga perlu tempat dan juga waktu yang tidak singkat untuk menaruh dan mengambil HP dan juga bisa jadi tidak aman karena meski di dalam Pura ada saja orang yang berniat tidak baik dengan mengambil barang milik orang lain. Jika HP di taruh seperti itu meski kalau HPnya masih aktif atau tidak silent maka sama juga bohong, ketika ada yang menelpon suara HP akan tetap mengganggu, apa lagi berbunyi pada saat sedang kusuk sembahyang. Jadi menurut saya pribadi cara ini kurang efektif.
- Nah cara terbaik menurut saya adalah, ketika akan bersembahyang dan para pemedek sudah pada duduk dengan rapi untuk sembahyang, maka saat itu atau sebelum persembahyangan di mulai maka panitia bisa memberitahukan kepada seluruh pemedek yang membawa HP atau benda apa pun yang bisa berbunyi untuk sementara dinonaktifkan atau disilent saja supaya tidak mengganggu saat sembahyang di mulai. Jadi dengan cara seperti itu akan lebih efektif, meski ada saja beberapa orang yang tidak mendengarkan, mungkin karena yakin bahwa HPnya tidak akan berbunyi selama persembahyangan berlangsung.
- Seharusnya hal seperti ini tidak perlu diperingatkan oleh orang lain, kalau sudah masuk ke areal pura terutama saat masuk Jeroan dan akan memulai sembahyang maka secara otomatis kita harus mematikan HP paling tidak disilent saja. Namanya juga manusia ada yang mengerti dengan hal seperti ini tapi ada juga orang yang sengaja pamer dalam situasi seperti itu pang kaden Demen Kaden seperti lagunya Putu Bejo.
Jadi etika kita saat mebawa HP ketika akan bersembahyang adalah lebih baik matikan HP atau disilent saja supaya tidak mengganggu diri sendiri dan orang lain saat persembahyangan berlangsung. Setelah selesai sembahyang silakan aktifkan kembali HP kamu namun masih dalam kondisi silent, mungkin supaya bisa ambil foto sambil menunggu menerima Tirta dan Bija. Nah itulah tips kali ini semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Etika Memakai Gadget Saat Bersembahyang di Pura"