Makna Penggunaan Udeng dalam Pakaian Adat Bali Hindu
Om Swastiastu, mungkin semua umat Hindu atau warga Bali sudah tahu apa itu Udeng atau Destar, Udeng ini merupakan salah satu bagian dari pakaian adat Bali khusus untuk pria yang dipakai pada kepala. Dalam setiap aktifitas adat dan Agama jika sudah berpakaian adat maka sudah dipastikan orang tersebut akan memakai udeng di kepalanya.
Udeng pada awalnya terbuat dari sehelai kain yang berbentuk persegi kemudian dilipat-lipat sedemikian rupa menjadi segitiga dan kemudian dilipat-lipat pada bagian bawahnya sehingga bisa diikatkan di kepala dan membentuk udeng dan juga tidak copot saat dipakai.
Namun seiring perkembangan jaman dan masyarakat Bali khususnya pria menginginkan segala sesuatu yang praktis, maka saat ini kita sudah bisa menemukan udeng yang bisa langsung pakai (udeng jadi) atau bisa juga udenga setengah jadi kita tinggal mengikatkan saja tanpa perlu melipat lagi. Namun saat ini masih banyak juga orang yang suka memakai udeng yang belum jadi.
Udeng itu juga memiliki beberapa warna dan berdasarkan warna itu kita bisa tahu peruntukan udeng tersebut. Misalnya udeng warna putih atau kuning biasanya dipakai untuk ke Pura (sembahyang). Ada juga udeng warna biru, coklat muda dan yang warna-warna cerah biasanya dipakai untuk Kundangan (Pernikahan) atau bisa juga memakai udeng motif batik. Kemudian ada juga udeng dengan warna hitam atau warna gelap biasanya dipakai ketika ada kematian.
Nah setelah itu kita akan bahas apa sebenarnya makna dari Udeng yang dipakai oleh kaum pria Bali. Udeng memiliki simbol sebagai “ngiket manah” (memusatkan pikiran) yang merupakan sumber penggerak Panca Indera. Tiap-tiap lekukan udeng memiliki makna, yaitu :
Mungkin selama ini ada beberapa orang memakai udeng dalam bentuk yang berbeda, misalnya seorang Pemangku memakai udeng yang bentuknya tidak seperti biasanya. Nah berikut adalah beberapa bentuk udeng yang ada di Bali secara umum Udeng dibagi menjadi tiga jenis yakni:
Udeng pada awalnya terbuat dari sehelai kain yang berbentuk persegi kemudian dilipat-lipat sedemikian rupa menjadi segitiga dan kemudian dilipat-lipat pada bagian bawahnya sehingga bisa diikatkan di kepala dan membentuk udeng dan juga tidak copot saat dipakai.
Namun seiring perkembangan jaman dan masyarakat Bali khususnya pria menginginkan segala sesuatu yang praktis, maka saat ini kita sudah bisa menemukan udeng yang bisa langsung pakai (udeng jadi) atau bisa juga udenga setengah jadi kita tinggal mengikatkan saja tanpa perlu melipat lagi. Namun saat ini masih banyak juga orang yang suka memakai udeng yang belum jadi.
Udeng itu juga memiliki beberapa warna dan berdasarkan warna itu kita bisa tahu peruntukan udeng tersebut. Misalnya udeng warna putih atau kuning biasanya dipakai untuk ke Pura (sembahyang). Ada juga udeng warna biru, coklat muda dan yang warna-warna cerah biasanya dipakai untuk Kundangan (Pernikahan) atau bisa juga memakai udeng motif batik. Kemudian ada juga udeng dengan warna hitam atau warna gelap biasanya dipakai ketika ada kematian.
Nah setelah itu kita akan bahas apa sebenarnya makna dari Udeng yang dipakai oleh kaum pria Bali. Udeng memiliki simbol sebagai “ngiket manah” (memusatkan pikiran) yang merupakan sumber penggerak Panca Indera. Tiap-tiap lekukan udeng memiliki makna, yaitu :
- Lekuk di kanan lebih tinggi daripada di kiri berarti hendaknya kita lebih banyak melakukan hal yang baik (dharma) dari pada berbuat buruk (adharma)
- Ikatan ditengah – tengah kening bermakna memusatkan pikiran kita.
- Ujung keatas melambangkan Pemikiran Lurus ke atas untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa.
- Tarikan ujung kain kanan melambangkan Wisnu.
- Tarikan ujung kain kiri melambangkan Brahma.
- Ujung kain di atas yang ditarik kebawah melambangkan Siwa.
Artinya sudah pasti kalau setiap orang harus selalu ingat dengan Tuhan apa lagi saat akan bersembahyang maka sudah pasti kita akan memuja tuhan dan juga dalam berbagai manifestasinya yang dilambangkan dengan udeng ini yakni Tri Murti.
Mungkin selama ini ada beberapa orang memakai udeng dalam bentuk yang berbeda, misalnya seorang Pemangku memakai udeng yang bentuknya tidak seperti biasanya. Nah berikut adalah beberapa bentuk udeng yang ada di Bali secara umum Udeng dibagi menjadi tiga jenis yakni:
- Udeng jejateran (udeng untuk persembahyangan) menggunakan simpul hidup di depan, disela-sela mata, sebagai lambang cundamani atau mata ketiga.
- Udeng dara kepak, masih ada bebidakan tetapi ada tambahan penutup kepala yang berarti simbol pemimpin yang selalu melindungi masyarakatnya dan pemusatan kecerdasan.
- Udeng beblatukan (dipakai oleh Pemangku) tidak ada bebidakan, hanya ada penutup kepala dan simpulnya di belakang dengan diikat kebawah sebagai simbol lebih mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
Nah itulah sedikit penjelasan tentang udeng sebagai bagian dari pakaian adat Bali untuk pria yang ada di Bali, semoga bermanfaat, jika ada yang kurang maka silakan berikan koreksi pada kolom komentar, suksma Om Santhi,Santhi,Santhi Om.
Posting Komentar untuk "Makna Penggunaan Udeng dalam Pakaian Adat Bali Hindu"